Minggu, 02 Desember 2012

Say No To Galau

Judul:
Jangan Galau, Ukhti
Penulis:
Sasa Esa Agustiana
ISBN:
978-979-3838-41-0
Ukuran:
13 x 20 cm
Halaman:
xiv + 122
Terbit:
Oktober 2012
Penerbit:
Khazanah Intelektual
Harga:
Rp. 35.000,-



Galau. Kata yang artinya pikiran yang kacau tidak keruan ini seperti terdengar lebih akrab di telinga kita akhir-akhir ini. Entah karena musisi kita yang kerap menyanyikan lagu-lagu bertema galau, entah karena banyaknya curhatan di media sosial yang bernada galau, atau entah karena rasa tersebut memang tengah melanda sebagaian besar penduduk Indonesia saat ini. Dan, karena jumlah penduduk negeri ini didominasi oleh kaum perempuan, kegalauan pun sepertinya lebih sering menimpa (atau paling tidak disuarakan) oleh kaum Hawa.

Banyak hal yang dapat membuat seorang perempuan atau ahkwat galau. Dari pencarian ikhwan yang akan menjadi bapak dari anak-anaknya kelak, cobaan menjelang hari pernikahan, perselisihan pendapat dengan suami tentang satu permasalahan rumah tangga, tidak kunjung datangnya buah hati, stres menghadapi anak yang sepertinya susah untuk dididik atau diarahkan, serta momok paling menakutkan dalam kehidupan berumah tangga bagi sebagian besar muslimah yang bernama poligami. 

Kalau sudah demikian, apalagi yang dapat dilakukan seorang ukhti selain curhat kepada sahabat atau orang yang dipercaya dapat memberikan solusi atas permasalahannya. Sebagai tempat curhat, hal itulah yang kerap dialami penulis buku ini. Tidak jarang ada yang menyampaikan permasalahannya tersebut dengan berurai air mata. Ya, mananya juga wanita. Jangan salahkan mereka karena mudah menitikkan air mata manakala suasana hatinya tengah dilanda galau.  Memang, menangis kadang tidak menyelesaikan masalah. Namun bagi kita kauh Hawa, hal tersebut paling tidak dapat meringankan beban perasaan dalam hati sehingga kemudian galau itu agak berkurang.

Menghadapi situasi seperti ini, hal pertama yang penulis lakukan adalah mendengarkan detil keluh kesah yang bersangkutan sebelum akhirnya memberikan tausiyah. Bukan bermaksud menggurui, yang penulis lakukan sekadar berbagi ilmu, seayat demi seayat sepengetahuannya. Alhamdulillah, tidak jarang tausiyah-tausiyah yang disampaikannya mengena dan dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi akhwat-akhwat galau tersebut yang kemudian dirangkumnya dalam buku ini.

Memang, galau tidak bisa hilang begitu saja dengan satu atau dua tausiyah. Penulis paham betul bahwa mungkin tausiyah yang diberikan masih belum dapat menghilangkan atau paling tidak meredakan galau yang saat ini tengah melanda ukhti semua. Tapi paling tidak, uraian tausiyah tersebut dapat menjadi masukan, opini pembanding, serta alternatif pemecahan masalah. Karena terkadang, si empunya permasalahan terlalu larut dalam masalah yang dihadapi dan tidak menyadari bahwa sebenarnya pemecahan masalahnya cukup simpel.

Sebagai solusi terakhir untuk mengatasi kegalauan tersebut, penulis berpesan agar ukhti-ukhti bermunajat kepada Sang Maha Pemecah Galau. Ya, kembalikan semua permasalahan kepada Allah Swt. yang sudah tentu lebih mengetahui solusi atas permasalahan setiap hambanya. Perbanyaklah panjatan doa dan perseringlah sujud dalam Shalat Malam. Ya, Allah Swt. tidak akan pernah meninggalkan kita dan akan selalu berada di dekat kita sebagaimana firman-Nya, “Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang teber­sit dalam hatinya, dan Kami lebih dekat ke­padanya daripada urat lehernya.” (Q.S. Qaaf [50]: 16). Tentu saja, waktu paling utama untuk bermunajat kepada-Nya adalah 2/3 malam yang akhir. Di waktu itulah ukhti bisa curhat sebeas mungkin kepada Yang Maha Mendengar Doa dan Keluh Kesah hamba-Nya.

Sekelumit mengenai di “balik layar” curhatan ukhti-ukhti dalam buku ini. Jika permasalahan yang dikemukakan dalam buku ini sangat mengena, itu tidak lain karena memang permasalahan yang dicurhatkan benar-benr riil. Ya, permasalahan tersebut dialami oleh sesama akhwat di sekitar kita. Karenanya, buku ini seakan memotret berbagai sisi problematika pra dan pasca nikah yang dihadapi oleh banyak akhwat yang sifatnya manusiawi.

Melalui buku ini, penulis mengajak ukhti sekalian untuk bersama-sama menundukkan diri dan mengembalikan semua permasalahan kepada Allah Swt. semata. Dia-lah dzat yang Maha Memiliki kehidupan dan kematian, yang Maha Luas Rezeki dan  Pengetahuan-Nya yang kepada-Nya-lah tempat kita semua akan kembali. Seberat apa pun ujian yang sedang dihadapi, insya Allah akan menjadi jalan penggugur dosa ukhti sehingga sudah sepantasnyalah kita berjalan lebih dekat dengan-Nya, lebih kuat iman, syukur, dan sabar agar tetap bersemangat. Tersenyumlah dan “say no to galau!”

Sabtu, 01 September 2012

Mendidik Memang Tidak Boleh Mendadak


Judul:
Mendindik Tidak Mendadak
Penulis:
Enny Sulistiani
ISBN:
978-979-3838-39-7
Ukuran:
15 x 23 cm
Halaman:
xiv + 98
Terbit:
September 2012
Penerbit:
Khazanah Intelektual
Harga:
Rp. 35.000,-



Menjadi orangtua adalah salah satu anugerah dan nikmat dari Allah Swt. yang sepatutnya kita syukuri. Sangat menyenangkan menjadi orangtua yang selalu mau belajar dan terus belajar; belajar dari orangtua kita, belajar dari lingkungan kita, belajar dari pasangan hidup kita, bahkan belajar dari anak-anak kita.

Melalui buku ini, penulis hendak mengajak para orangtua untuk bersama-sama melejitkan prestasi anak, yang dimulai dengan meningkatkan prestasi diri sendiri, dengan menerapkan metode NLP (Neuro Linguistic Programming) dan EFT (Emotional Freedom Technique) yang aplikatif, mudah, dan memberikan hasil yang, insya Allah, luar biasa!

NLP adalah salah satu metode yang bisa membuat seseorang mampu memetakan proses dan memprogram fungsi neuro dalam pikirannya dengan menggunakan bahasa (linguistik), sehingga dapat mengubah realitas di luar dirinya (kehidupannya) lewat perubahan yang ada dalam pikirannya tersebut. Artinya, dengan Anda mengontrol pola bahasa yang d programkan ke dalam pikiran, Anda akan mendapatkan kenyataan bahwa ternyata Anda dan kehidupan Anda bisa berubah dan lebih berdaya karena terjadinya interaksi antara MIND (pikiran/internal) dan BODY (tubuh/eksternal)

Kini, telah semakin banyak orang yang mempelajari dan menikmati manfaat NLP untuk mendukung profesi mereka, apa pun profesinya. Karena, memang NLP dapat diterapkan dalam setiap aspek kehidupan. Bahkan, dengan mempelajari NLP, kita bisa semakin mendekatkan diri kepada Allah Swt. dan semakin menyadari kekuasaan dan kebesaran-Nya.

Pada awalnya, NLP dikembangkan sebagai salah satu perangkat psycotherapeutic. Namun, kemudian NLP memperoleh kredibilitas sendiri ketika diaplikasikan ke berbagai bidang, seperti bisnis, komunikasi, olahraga, dan lainnya. NLP juga sangat bermanfaat ketika digunakan pada pengembangan pribadi maupun pada proses belajar dan mengajar yang efektif.

NLP dipopulerkan dalam dunia bisnis oleh Anthony Robbins dengan nama Neuro Associative Conditioning (NAC). Terapi ini digunakan oleh tokoh-tokoh kelas dunia, seperti Andre Agassi, Putri Diana, Nelson Mandela, Ronald Reagan, dan Robert Kiyosaki.

Saat ini, sudah sangat banyak orang memanfaatkan NLP dalam berbagai aplikasi kehidupan. Presiden Amerika Barack Obama pun, entah disadari atau tidak, terlihat menggunakan pola komunikasi NLP saat memberi semangat, melakukan rapport (istilah dalam NLP, berarti pendekatan atau building trust), serta sebelum dan selama berpidato.

Untuk setiap orang, NLP bisa membantu mempermudah pencapaian kesuksesan dan kesehatan diri. Selain itu, seseorang yang melakukan NLP terprediksikan akan:
  • memiliki pengendalian diri yang lebih baik, lebih percaya diri,
  • mampu mengatur kondisi emosi sesuai keinginan,
  • melenyapkan emosi-emosi negatif, seperti fobia atau depresi,
  • menghancurkan keputusan-keputusan yang membatasi diri,
  • memahami bagaimana cara kerja pikiran sehingga mampu tampil dengan performa yang diinginkan,
  • memiliki kemampuan berkomunikasi yang jauh lebih baik,
  • lebih memiliki empati terhadap orang lain, dll.
Untuk pebisnis maupun pejabat, seperti manajer, bisa menggunakan NLP untuk mengembangkan hubungan dengan cepat di kantor, membangun kerja sama kelompok yang kuat, serta meningkatkan kemampuan bernegosiasi dan pemecahan masalah.

Untuk frontliner atau customer service, NLP akan membantu mereka dalam membangun hubungan dengan cepat, menggali dan memenuhi kebutuhan klien-klien, serta mengatasi keberatan atau komplain secara elegan.

Para politisi atau tokoh mayarakat atau tokoh agama dapat menggunakan NLP untuk memperbaiki kemampuan berbicara di depan publik, mendekatkan diri dengan orang lain, meningkatkan efektivitas lobi, dan sebagainya.

Bagi trainer, fasilitator, dan guru bisa menggunakan NLP untuk mendapatkan paradigma baru dalam pendidikan dan menjadi pelatihan yang efektif dalam menangani peserta, mampu membangkitkan semangat serta melibatkan murid atau peserta, dan mampu menemukan teknik pembelajaran yang lebih modern sesuai dengan cara kerja otak manusia.

Bagi olahragawan atau personal trainer, NLP bisa membantu mereka menguasai mental dan fisik untuk memicu kondisi puncak kapan pun mereka inginkan, meningkatkan fokus, mengembangkan keterampilan teknis yang lebih baik, dan menguasai kesehatan jiwa raga.

NLP bagi profesional medis, seperti dokter, bidan, dan perawat bisa dipakai untuk belajar teknik berkomunikasi yang lebih baik dengan pasien, mengetahui cara membantu pasien agar lebih nyaman, dan meningkatkan keberanian dalam menghadapi proses perawatan sehingga proses penyembuhan menjadi lebih cepat dan menyenangkan.

Bagi mahasiswa dan pelajar, NLP akan membantu mereka menguasai teknik belajar yang lebih unggul, mempelajari metode mengingat yang lebih baik, menambah kepercayaan diri saat ujian, dan meningkatkan pergaulan.

Sebenarnya, fenomena NLP sudah sering kita alami, dilakukan dalam keseharian, bahkan sejak kita dilahirkan. Hanya saja, kita belum menyadarinya. Hal itulah yang kemudian diteliti oleh para ahli. Mereka menstrukturkan segala hal yang kita alami agar lebih mudah untuk diikuti, disadari proses terjadinya, dan bisa dilakukan kembali sehingga menghasilkan kesuksesan dan kesuksesan tersebut bisa dihasilkan berulang-ulang.

Sedangkan, EFT adalah serangkaian metode yang berorientasi pada sistem energi tubuh, untuk melepaskan individu dari gangguan emosional dan fisik.

Dalam buku ini, selain menguraikan materi dan dasar-dasar ilmu di baliknya, penulis juga menyertakan pengalaman-pengalaman penulis saat menangani beberapa kasus yang terkait.

Penulis mengajak kita mendampingi dan memberi keyakinan kepada anak-anak kita bahwa mereka adalah hamba Allah yang bisa dan selalu mampu untuk meraih kesuksesan, anak yang saleh/salehah, anak yang sehat, anak yang bahagia, anak yang hebat karena dihebatkan Allah Swt. Penulis mengajak orangtua membimbing anak-anak agar tahu caranya dan mau berusaha untuk meraih kesuksesan, serta selalu “dekat” dengan Allah Swt.

Penulis pun meyakinkan orangtua bahwa hal itu dapat dimulai dari diri orangtua dengan mau terus belajar dalam mendidik anak. Sebab, ilmu mendidik anak akan terus berkembang, dan Rasulullah Saw. pun berpesan agar orangtua mendidik anak sesuai zamannya.

Jumat, 01 Juni 2012

Mari Berikhtiar Agar Anak Hafal Al-Quran


Judul:
Alhamdulillah… Balitaku Khatam Al-Quran
Penulis:
Dr. Sarmini, Lc. MA
ISBN:
978-979-3838-40-3
Ukuran:
14,8 x 21 cm
Halaman:
xxii + 180
Terbit:
Juni 2012
Penerbit:
Khazanah Intelektual
Harga:
Rp. 57.000,-


“Keberhasilan yang berangkat dari pengalaman pribadi selalu menggugah dan menginspirasi. Langkah-langkah yang diterapkan penulis sehingga melahirkan balita-balita sahabat Al-Quran sangat natural, tidak ada yang dipaksakan, tapi nyata keberhasilannya. Buku ini menjadi charger of spirit bagi orangtua bahwa bagaimanapun karakter buah hati kita, dia sangat mungkin kita antar menjadi sahabat Al-Qur’an dan penghafalnya.”

(Meutia Geumala, Pemimpin Redaksi Majalah Ummi)

***

Kami sadar tidak lepas dari kekurangan, berasal dari keturunan biasa saja, harta yang biasa-biasa saja, juga pekerjaan yang biasa-biasa saja. Pun dengan prestasi akhirat, masih jauh tertinggal dari para sahabat Nabi Saw., shalat yang masih jauh dari khusyuk, infak yang masih diseling pertimbangan dan perhitungan, serta penyakit hati yang datang dan pergi.

Ketika kesadaran itu datang, kami berpikir untuk bagaimana agar hidup yang hanya sekali, dengan modal pas-pasan, menjadikan kami memperoleh tempat terbaik di sisi Allah Swt. Kami lalu mendapati janji Allah, yang disampaikan lewat lisan Rasul-Nya, “Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al-Quran dan mengajarkannya.”

***

Itulah sepenggal motivasi yang ditakwilkan penulis di pembuka buku ini. Belajar dan mengajarkan Al-Quran adalah pengatrol amal bagi seorang muslim. Terutama mengajarkan Al-Quran pada anak-anak. 

Mengajarkan Al-Quran pada anak tidak cukup sampai anak bisa membaca Al-Quran, tapi mengajarkan Al-Quran yang paripurna adalah bagaimana membimbingnya untuk mencintai Al-Quran, membacanya setiap hari, memiliki target prestasi dengan Al-Quran, dan senang berinteraksi dengan Al-Quran. Karena, mencintai Al-Quran itu lebih utama dari sekadar bisa membacanya.

Buku ini disusun berdasarkan pengalaman yang sudah dilakukan penulisnya dalam membimbing anak-anaknya untuk mau berinteraksi dengan Al-Quran setiap hari. Sehingga, bahasa yang dikemas dalam buku ini adalah gaya bercerita, yang membuat Anda seolah sedang ngobrol santai, tanpa digurui apalagi dicekoki.

Buku ini akan menuntun Anda pada:
  • Keutamaan mengajarkan Al-Quran pada anak.
  • Membuat anak keranjingan membaca Al-Quran.
  • Merancang program khatam Al-Quran untuk anak.
  • Menanamkan rasa bangga pada anak karena berinteraksi dengan Al-Quran.
  • Mengenalkan hukum tajwid dengan bahasa yang mudah diserap anak.
  • Merancang khataman Al-Quran yang tak terlupakan oleh anak.

Senin, 02 Januari 2012

Mari Menjadi Manusia Pendamba Surga


Judul Buku   
Manusia-Manusia Surga
Penulis:   
Tate Qomaruddin
ISBN:   
978-979-3838-37-3
Ukuran:   
13 x 20 cm
Halaman:
 viii + 156
Terbit:   
Januari 2012
Penerbit:   
Khazanah Intelektual
Harga:
Rp. 43.000



Jangan membayangkan orang yang giat bersedekah, sampai-sampai menyerahkan seluruh hartanya di jalan Allah. Jangan pula membayangkan orang yang rajin beribadah haji yang hampir setiap tahun tidak pernah absen ke Tanah Suci. Jika dilakukan dengan ikhlas, tentu kedua golongan orang tersebut sangat layak menghuni surga. Namun bukankah tidak semua umat Islam dikaruniai keluasan rezeki duniawi oleh Allah Swt.? Kabar baiknya, ada banyak jalan menuju surga-Nya dan tidak harus ditempuh melalui ibadah-ibadah yang mengharuskan kita mengeluarkan harta.

Kita tentu masih ingat dengan kisah seorang sahabat yang masuk surga karena konsistensinya melaksanakan shalat Syukrul Wudhu. Kita juga tidak akan lupa dengan kisah salah seorang sahabat lain yang dicap sebagai ahli surga karena menempuh perjalanan jauh berjalan kaki sambil menggendong ibunya yang ingin pergi berhaji. Bukan bermaksud untuk menyederhanakan amalan menuju surga, tapi memang terkadang amalan-amalan yang dianggap remeh tersebut dapat mengantarkan kita ke surga-Nya.

Kalau jalan menuju surga itu banyak, maka karakteristik penghuni surga juga tidak kalah banyaknya. Tate Qomaruddin menyebutkan bahwa manusia yang layak dan berhak masuk ke dalam surga-Nya tidak lain adalah mereka yang mengambil peran untuk mencegah kerusakan, mereka yang menjadi inspirator kebaikan, serta mereka yang senantiasa menjaga lidahnya. Lebih lengkap, masih banyak karakteristik manusia-manusia surga yang dijabarkan dengan detil oleh Tate Qomaruddin dalam buku terbarunya ini. Dengan bahasa yang kontemplatif dan jauh dari kesan menggurui, buku ini seolah menjadi cermin untuk melihat sudah pantaskah kita menghuni surga-Nya.

Tidak salah kalau Gubernur Jabar, H. Ahmad Heryawan, Lc., berkomentar, “Menginspirasi! Buku ini patut dijadikan rujukan bagi insan-insan pendamba surga.” Senada dengan Ahmad Heryawan, Dr. Aam Amiruddin pun merekomendasikan buku ini untuk dijadikan rujukan dalam mengoreksi diri agar sesuai dengan karakter manusia penghuni surga.

Akhirnya, kalau dua nama besar tersebut sudah memberi testimoni, rasanya tidak ada alasan bagi kita untuk menunda memiliki buku Manusia-Manusia Surga ini. Selamat membaca dan semoga kita semua dipertemukan di surga-Nya kelak. Amin.

Minggu, 01 Januari 2012

Ketika Menghafal Tenses Semudah Menggerak­­­­kan Jari


Judul Buku:
Smart Finger; Menguasai 16 Tenses BahasaInggris dangan Jari dalam 30 Menit!
Penulis:
Ade Sudirman, S.Pd.
ISBN:
978-979-3838-38-0
Ukuran:
19.5 x 21 cm
Halaman:
vii + 81
Terbit:
Januari 2012
Penerbit:
Khazanah Intelektual
Harga:
Rp. 35.000
 
Mengapa bahasa Inggris menjadi bahasa asing yang wajib dikuasai? Karena saat ini, bahasa Inggris adalah bahasa internasional. Hampir di seluruh belahan bumi, bahasa Inggris menjadi bahasa yang digunakan dalam kegiatan sehari-hari, mulai dari transaksi jual beli hingga kegiatan akademik. Tidak terkecuali di Indonesia. Bahasa Inggris mutlak dikuasai bagi siapa saja yang ingin berpartisipasi aktif  dalam percaturan global. Lihatlah, ada berapa turis asing yang datang  ke Indonesia, buku-buku pendukung akademik di SMA hingga Perguruan Tinggi pun sudah berbahasa Inggris. Lalu, sudahkah Anda menguasai bahasa Inggris dengan baik?

Di dalam bahasa Inggris, ada 16 tenses yang menjadi basic lesson. Ke-16 tenses inilah yang akan menjadi guide ketika Anda menggunakan bahasa Inggris, baik dalam percakapan sehari-hari, pidato, presentasi, maupun menuangkannya dalam bentuk tulisan. Nah, apakah Anda bisa menghafal ke-16 tenses tersebut di luar kepala? Bukan hanya di luar kepala, tetapi apakah Anda dapat menyebutkannya dengan cepat, tepat, dan mudah tanpa melihat catatan?

Jika Anda termasuk yang belum hafal 16 Tenses dan menyebutkannya dengan cepat, maka buku ini sangat cocok untuk Anda. Mengapa? Karena buku ini menawarkan cara dan jalan baru bagaimana menguasai 16 tenses bahasa Inggris tanpa melihat catatan dengan cepat, tepat, dan mudah. Dengan cara apa? Menggunakan jari tangan yang Anda miliki. Ade Sudirman, S. Pd., penulis buku ini merupakan pencipta metode menghafal 16 tenses bahasa Inggris dengan tangan yang dia namakan Smart Fingers.

Selain memuat teori, buku ini juga dilengkapi dengan latihan soal dan penjelasannya. Dengan bahasa pengantar bahasa Indonesia, Anda akan menemukan 32 rumus tenses yang di buku lain (atau di dalam kamus) hanya memuat 16 rumus. Dan asyiknya, Anda bisa membuat 32 rumus itu dengan hanya satu langkah! Buku ini juga dilengkapi dengan CD tutorial yang akan membantu Anda mempraktikkan jari-jari cerdas Anda.

Selain hafal nama-nama, paham fungsi, pembentukan rumus, penentuan nama, serta pembuatan rumus baru menjadi 32 rumus dari 16 tenses, Anda juga bisa menerapkannya dalam pembahasan materi-materi pelajaran/mata kuliah atau mengisi soal-soal TOEFL. Sekali lagi, kunci menguasai itu semua hanya dengan memanfaatkan jari yang Anda miliki.

Sabtu, 01 Oktober 2011

Ketika Dosa Tak Dirasa

Judul:
Ketika Dosa Tak Dirasa;
Yang Kecil pun Bisa Menjadi Besar
Penulis:
Dr. Aam Amiruddin & Redaksi MaPi
ISBN:
978-979-3838-42-7
Ukuran:
12 x 18 cm
Halaman:
122 hlm
Terbit:
Oktober 2011
Penerbit:
Khazanah Intelektual
Harga:
Rp. 25.000,-


Saat bergaul dan berinteraksi dengan banyak orang, tanpa disadari kata-kata mengalir dari mulut kita seolah keluar tanpa beban. Tak jarang, bersamaan dengan keluarnya kata-kata, mengalir pula dosa, mulai dari menggunjingkan tetangga, membanggakan dan memamerkan diri, berbohong, dan perbuatan tidak terpuji lainnya.

Semudah itu manusia melakukan dosa. Bahkan, saking terbiasanya sangat banyak dosa-dosa yang sudah tidak dirasa lagi sebagai perbuatan salah yang berat konsekuensinya.

Sebagian besar ulama sepakat bahwa dosa dibagi menjadi dua, yaitu dosa besar dan dosa kecil. Namun, berbicara “dosa yang tak dirasa” tidak selalu identik dengan dosa kecil. Pun, “dosa tak dirasa” tidak selalu berarti sebagai kecenderungan orang yang tidak sadar akan perbuatan dosa karena kecilnya. Boleh jadi, jika kita lihat fenomena yang ada, dosa besar sekalipun tidak sedikit dianggap biasa dan tidak lagi dirasa sebagai dosa karena saking seringnya dilakukan. Tentu saja, sikap seperti itu jauh lebih berbahaya dari sekadar mengabaikan dosa yang dianggap kecil. Dengan demikian, secara prinsip tidak ada bedanya antara dosa kecil dan dosa besar karena keduanya memiliki potensi ancaman datangnya azab Allah. Selain keduanya juga memiliki peluang yang sama untuk diampuni Allah Swt.

Bisa dikatakan bahwa besar dan kecilnya suatu dosa tidak diukur dengan seberapa besar ancaman siksa yang akan diterima, namun diukur dari seberapa besar kesadaran orang terhadap dosa yang dilakukannya. Boleh jadi dosa itu kecil dan remeh, namun jika dilakukan dengan terus menerus dan tidak disertai istighfar, ia akan menjelma menjadi dosa besar. Pun sebaliknya, boleh jadi dosanya besar, namun karena kesadaran tinggi akan akibat yang ditimbulkan, mendorongnya untuk bertobat dan tidak mengulanginya lagi, maka dosa tersebut sebetulnya menjadi kecil bahkan terhapus di hadapan Allah.

Besar kecilnya suatu dosa juga tidak bisa sepenuhnya dilihat dari jenis dosa tersebut. Terutama untuk menentukan jenis-jenis dosa kecil. Sejauh yang dapat saya amati dari sejumlah kitab-kitab rujukan, jarang sekali para ulama yang mengungkap secara rinci apa saja yang termasuk dosa kecil. Relativitas kecilnya dosa menunjukkan bahwa sebetulnya tidak ada yang besar jika disertai tobat dan tidak ada yang kecil jika dilakukan terus menerus. Sementara, khusus mengenai jenis-jenis dosa besar, cukup gamblang diungkap dalam sejumlah ayat dan hadits.

Dalam buku ini, Dr. Aam Amiruddin bersama dengan Redaksi MaPI mengajak kita berhuhasabah dengan mengintip ke dalam hati kita, sudah bersihkah dari penyakit mengabaikan dosa? Selain itu, dalam buku ini dipaparkan pula ibadah-ibadah mahdah yang bisa menjadi perisai dari setiap dosa dan kesalahan.

Selasa, 01 Maret 2011

Golden Parenting; Sudahkah Kudidik Anakku dengan Benar?


Judul:
GOLDEN PARENTING;
Sudahkah Kudidik Anakku dengan Benar?

Penulis:
Dr. H. Aam Amiruddin, M.Si
ISBN:
978-979-3636-32-6
Ukuran:
17 x 17 cm
Halaman:
x + 86 hlm
Terbit:
Cetakan I & II, Maret 2011
Penerbit:
Khazanah Intelektual
Harga
Rp. 35.000,-


Sebagai umat Islam, kita tentu mendambakan metode parenting yang lebih dari sekadar pendidikan untuk kecerdasan intelektual, emosional, maupun sosial anak. Untuk menjadi orangtua muslim yang baik, dibutuhkan lebih dari sekadar smart. Ya, selain mencerdaskan anak secara intelektual, emosional, serta sosial, putra-putri kita pun harus dibekali kecerdasan spiritual. Oleh karena itu, lahirlah Islamic parenting yang dinilai sangat sesuai dengan kebutuhan orangtua muslim dalam mempersiapkan generasi muslim yang berkualitas.

Apa saja ruang lingkup Islamic parenting tersebut? Isinya lengkap seputar tata cara mendidik anak sejak ia masih dalam kandungan sampai menginjak usia remaja (baligh), bahkan sampai usia pranikah. Beberapa buku Islamic parenting menjelaskan secara gamblang cara mendidik anak dari segi akidah dan akhlak. Ya, karena akidah adalah fondasi utama yang harus dibentuk dalam diri anak agar mereka tidak mudah tercerabut dari akar agamanya. Sedangkan akhlak adalah modal yang akan ia gunakan dalam menjalani kesehariannya saat berinteraksi, baik dalam keluarga maupun dengan lingkungan di sekitarnya.

Lantas, sudah cukupkah Islamic parenting tersebut dijadikan acuan dalam melahirkan generasi Islam yang tangguh? Mungkin ya dan mungkin juga tidak. Tanpa bermaksud menafikan cakupan Islamic parenting seperti yang disebutkan, ada sesuatu yang kurang dari pembahasan Islamic parenting. Seperti juga pada smart parenting. Pada kedua metode tersebut terdapat dikotomi pemikiran. Sebut saja, smart parenting lebih condong pada pendidikan anak secara duniawi atau materi, sementara Islamic parenting lebih condong pada pendidikan ukhrawi atau spiritual. Mengapa sebuah pendidikan yang seharusnya holistik (menyeluruh) dipisahkan oleh sekat-sekat tersebut? Bukankah untuk melahirkan generasi unggul dibutuhkan lebih dari sekadar smart parenting atau Islamic parenting?

Jika kedua metode tersebut digabungkan, mungkin hasilnya akan lebih dahsyat daripada metode smart parenting dan Islamic parenting yang diterapkan secara terpisah. Bayangkan saja, sebuah metode yang mengedepankan pembinaan intelektualitas berpadu dengan pembahasan berbagai hal seputar anak dari sudut pandang psikologis dan medis, tanpa mengesampingkan pendekatan agama dalam setiap pembahasannya. Tentu bukan main dahsyatnya bila motede ini berhasil diterapkan pada pendidikan anak. Apalagi bila kemudian disertai dengan satu hal yang tak kalah penting (bahkan mendasari keberhasilan suatu metode parenting) yakni komunikasi efektif yang diterapkan ketika menyampaikan beragam tata nilai pada anak. Tentu hal ini bisa disebut lebih dari cerdas, ini brilian! Konsep inilah yang dalam buku terbaru Ust. Aam Amiruddin ini disebut “Golden Parenting”. Mengapa harus golden parenting? Tidak lain karena untuk mengasah anak yang sedang dalam masa keemasan (golden age) tentu harus dengan pola pengasuhan (parenting) yang keemasan pula. Jadi, setiap orangtua yang memiliki anak usia keemasan (golden age) wajib membaca buku ini.