Minggu, 02 Desember 2012

Say No To Galau

Judul:
Jangan Galau, Ukhti
Penulis:
Sasa Esa Agustiana
ISBN:
978-979-3838-41-0
Ukuran:
13 x 20 cm
Halaman:
xiv + 122
Terbit:
Oktober 2012
Penerbit:
Khazanah Intelektual
Harga:
Rp. 35.000,-



Galau. Kata yang artinya pikiran yang kacau tidak keruan ini seperti terdengar lebih akrab di telinga kita akhir-akhir ini. Entah karena musisi kita yang kerap menyanyikan lagu-lagu bertema galau, entah karena banyaknya curhatan di media sosial yang bernada galau, atau entah karena rasa tersebut memang tengah melanda sebagaian besar penduduk Indonesia saat ini. Dan, karena jumlah penduduk negeri ini didominasi oleh kaum perempuan, kegalauan pun sepertinya lebih sering menimpa (atau paling tidak disuarakan) oleh kaum Hawa.

Banyak hal yang dapat membuat seorang perempuan atau ahkwat galau. Dari pencarian ikhwan yang akan menjadi bapak dari anak-anaknya kelak, cobaan menjelang hari pernikahan, perselisihan pendapat dengan suami tentang satu permasalahan rumah tangga, tidak kunjung datangnya buah hati, stres menghadapi anak yang sepertinya susah untuk dididik atau diarahkan, serta momok paling menakutkan dalam kehidupan berumah tangga bagi sebagian besar muslimah yang bernama poligami. 

Kalau sudah demikian, apalagi yang dapat dilakukan seorang ukhti selain curhat kepada sahabat atau orang yang dipercaya dapat memberikan solusi atas permasalahannya. Sebagai tempat curhat, hal itulah yang kerap dialami penulis buku ini. Tidak jarang ada yang menyampaikan permasalahannya tersebut dengan berurai air mata. Ya, mananya juga wanita. Jangan salahkan mereka karena mudah menitikkan air mata manakala suasana hatinya tengah dilanda galau.  Memang, menangis kadang tidak menyelesaikan masalah. Namun bagi kita kauh Hawa, hal tersebut paling tidak dapat meringankan beban perasaan dalam hati sehingga kemudian galau itu agak berkurang.

Menghadapi situasi seperti ini, hal pertama yang penulis lakukan adalah mendengarkan detil keluh kesah yang bersangkutan sebelum akhirnya memberikan tausiyah. Bukan bermaksud menggurui, yang penulis lakukan sekadar berbagi ilmu, seayat demi seayat sepengetahuannya. Alhamdulillah, tidak jarang tausiyah-tausiyah yang disampaikannya mengena dan dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi akhwat-akhwat galau tersebut yang kemudian dirangkumnya dalam buku ini.

Memang, galau tidak bisa hilang begitu saja dengan satu atau dua tausiyah. Penulis paham betul bahwa mungkin tausiyah yang diberikan masih belum dapat menghilangkan atau paling tidak meredakan galau yang saat ini tengah melanda ukhti semua. Tapi paling tidak, uraian tausiyah tersebut dapat menjadi masukan, opini pembanding, serta alternatif pemecahan masalah. Karena terkadang, si empunya permasalahan terlalu larut dalam masalah yang dihadapi dan tidak menyadari bahwa sebenarnya pemecahan masalahnya cukup simpel.

Sebagai solusi terakhir untuk mengatasi kegalauan tersebut, penulis berpesan agar ukhti-ukhti bermunajat kepada Sang Maha Pemecah Galau. Ya, kembalikan semua permasalahan kepada Allah Swt. yang sudah tentu lebih mengetahui solusi atas permasalahan setiap hambanya. Perbanyaklah panjatan doa dan perseringlah sujud dalam Shalat Malam. Ya, Allah Swt. tidak akan pernah meninggalkan kita dan akan selalu berada di dekat kita sebagaimana firman-Nya, “Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang teber­sit dalam hatinya, dan Kami lebih dekat ke­padanya daripada urat lehernya.” (Q.S. Qaaf [50]: 16). Tentu saja, waktu paling utama untuk bermunajat kepada-Nya adalah 2/3 malam yang akhir. Di waktu itulah ukhti bisa curhat sebeas mungkin kepada Yang Maha Mendengar Doa dan Keluh Kesah hamba-Nya.

Sekelumit mengenai di “balik layar” curhatan ukhti-ukhti dalam buku ini. Jika permasalahan yang dikemukakan dalam buku ini sangat mengena, itu tidak lain karena memang permasalahan yang dicurhatkan benar-benr riil. Ya, permasalahan tersebut dialami oleh sesama akhwat di sekitar kita. Karenanya, buku ini seakan memotret berbagai sisi problematika pra dan pasca nikah yang dihadapi oleh banyak akhwat yang sifatnya manusiawi.

Melalui buku ini, penulis mengajak ukhti sekalian untuk bersama-sama menundukkan diri dan mengembalikan semua permasalahan kepada Allah Swt. semata. Dia-lah dzat yang Maha Memiliki kehidupan dan kematian, yang Maha Luas Rezeki dan  Pengetahuan-Nya yang kepada-Nya-lah tempat kita semua akan kembali. Seberat apa pun ujian yang sedang dihadapi, insya Allah akan menjadi jalan penggugur dosa ukhti sehingga sudah sepantasnyalah kita berjalan lebih dekat dengan-Nya, lebih kuat iman, syukur, dan sabar agar tetap bersemangat. Tersenyumlah dan “say no to galau!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar